Untuk Istriku

Istriku yang sholihah, masih ingat dengan janji aa setelah pernikahan kita? Aa minta maaf tidak bisa menunaikannya di malam pertama secara sempurna. Aa baru mulai mencicil yang pertama, yaitu mengajarkan kepadamu surat An-Nahl. Insya Alloh aa hendak mencicil janji aa yang kedua, masih ingat? Sholihah, dulu kamu pernah bertanya ada apa dengan an-nahl? kenapa aa begitu menyukainya, menyukai nama itu, sering kali menjadikannya nama pena, atau menunjukan identitas diri dengannya. Kemudian, aa katakan padamu, aa akan jelaskan ini nanti, insya Alloh setelah kita menikah.


Kini kamu telah menjadi istri aa, seorang istri yang aa harapkan ketaatannya, pada Alloh dan Rasulnya, yang aa harapkan cintanya, untuk aa, anak-anak dan orang tua kita, yang aa rindukan tatapannya pada setiap shubuh, yang insya Alloh menjadi salah satu jalan aa untuk mencapai ridhoNya. Maka tidak pantas rasanya aa menyumbunyikan rahasia padamu.


Isrtriku yang Sholihah, an-nahl adalah satu surat di dalam AlQuran Kitabullah yang mulia. Patutlah ia (an-nahl), di-imani, ditaati, dan dicintai sepertihalnya wahyu Alloh yang lain. Hanya saja, aa punya kenangan tersendiri dengan nama ini. Mungkin tidak istimewa jika kamu mendengarnya, tapi kata ini (an-nahl) selalu menjadi batu lompatan dalam setiap fase yang Alloh takdirkan.


An-Nahl pertama aa hanyalah sebuah nama sederhana yang luarbiasa. Rasa syukur tak terkira kepada Alloh yang mempertemukan aa dengan nama ini dan orang-orang yang terkait dengannya. An-Nahl pertama aa adalah sebuah nama kelompok mengaji. Sekedar kelompok pengajian kecil, terdiri tidak lebih dari 9 orang, dengan satu guru yang disebut murrobbi, tapi ia begitu bersahaja sehingga merasa cukup dengan kami panggil "kakak". Aa bertemu dengan An-Nahl ini saat masih duduk dibangku SMA kelas satu. Saat itu dia belum dipanggil dengan An-nahl, nama itu didapat setelah aa dengan sahabat-sahabat sepengajian kecil itu berunding. Ketika ditanya oleh murrobbi, "mau dipanggil dengan nama apa?" aa jawab dengan cepat sebagai ketua pengajian, "An-Naml, Semut". Aa sampaikan nama itu dengan pertimbangan besarnya ukhuwah dan kerjasama mereka. Lalu sahabat yang lain hanya mengatakan, "lebih baik An-Nahl, lebah". setelah berdiskusi akhirnya kata An-Nahl menjadi nama kelompok pengajian kecil kami.


Tapi shalihah, pokok dari cerita ini bukanlah bagaimana nama An-Nahl dipilih menjadi nama kelompok pengajian kecil kami, melainkan bagaimana an-nahl, si pengajian kecil itu, telah merubah milah aa. makna milah yang sedalam dengan maknanya dalam kalimatullah "wa lantardha ankal yahudu wa lannasaro hatta tatta bia milatahum...". Mengubah aa menjadi seperti apa yang kau hadapi kini, saya yang sekarang, suamimu, meskipun tidak sempurna, tapi titik terjauh ini dapat aa capai karena pengajian kecil itu dulu. An-Nahl telah membangun pondasi jasad, pikir, dan ruh secara seksama.


Istriku nan Sholihah, An-Nahl yang kedua, adalah kata yang memberiku beribu mimpi dan berjuta keyakinan Memberi ambisi dan misi, juga angan yang disertai ikhtiar. An Nahl kedua adalah sebuah cerita dari seorang guru, tentang bagaimana seharusnya seorang muslim hidup. Seorang muslim diibaratkan hidup laksana lebah. Runutnya, muslim adalah lebah yang cerdas dalam membangun kemiringan sarangnya, meski membangun dengan ikhlas namun tetap maksimal dan optimal. Mereka hanya memakan yang baik-baik dari sari bunga, dan hanya mengeluarkan yang baik-baik, madu jernih sebagai assyifa. Mereka berukhuwah dan bekerjasama, berjuang meski harus mati karenanya. Itulah pengibaratan muslim sebagai lebah (an-nahl), maka setiap muslim dalam hidupnya adalah sosok yang dituntut paripurna, kuat jasadnya, cerdas pikirnya, baik akhlaknya dan teguh imannya. Cerita kedua ini membawa aa pada upaya lebih dalam merencanakan hidup, seperti proposal pernikahan yang kamu lihat dulu, masih ingat? visi dan misi, serta segala langkah 50 tahun ke depan menjadi doa dan ikhtiar aa untuk kita, semoga itupun menjadi doa dan ikhtiarmu, sehingga kita dan anak keturunan kita nanti menjelma menjadi seorang muslim dan muslimah yang paripurna.

Depok, 24 Maret 2011


An-Nahl
Category: 0 komentar

0 komentar:

Post a Comment